Skip to main content

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 3905

Shahih Al-Bukhari hadits nomor 3905 - Hi friends, I hope you are all in good healthDOA ISLAM, In the article you are reading this time with the title Shahih Al-Bukhari hadits nomor 3905, We have prepared this article well for you to read and take information in it. hopefully the contents of the post Artikel Shahih Al-Bukhari, what we write you can understand. ok, happy reading.

Title : Shahih Al-Bukhari hadits nomor 3905
link : Shahih Al-Bukhari hadits nomor 3905

read also


Shahih Al-Bukhari hadits nomor 3905

٣٩٠٥ - حَدَّثَنَا يَحۡيَى بۡنُ بُكَيۡرٍ: حَدَّثَنَا اللَّيۡثُ، عَنۡ عُقَيۡلٍ، قَالَ ابۡنُ شِهَابٍ: فَأَخۡبَرَنِي عُرۡوَةُ بۡنُ الزُّبَيۡرِ: أَنَّ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنۡهَا، زَوۡجَ النَّبِيِّ ﷺ، قَالَتۡ: لَمۡ أَعۡقِلۡ أَبَوَىَّ قَطُّ، إِلَّا وَهُمَا يَدِينَانِ الدِّينَ، وَلَمۡ يَمُرَّ عَلَيۡنَا يَوۡمٌ إِلَّا يَأۡتِينَا فِيهِ رَسُولُ اللهِ ﷺ طَرَفَيِ النَّهَارِ، بُكۡرَةً وَعَشِيَّةً، فَلَمَّا ابۡتُلِيَ الۡمُسۡلِمُونُ خَرَجَ أَبُو بَكۡرٍ مُهَاجِرًا نَحۡوَ أَرۡضِ الۡحَبَشَةِ، حَتَّى بَلَغَ بَرۡكَ الۡغِمَادِ لَقِيَهُ ابۡنُ الدَّغِنَةِ، وَهُوَ سَيِّدُ الۡقَارَةِ، فَقَالَ: أَيۡنَ تُرِيدُ يَا أَبَا بَكۡرٍ؟ فَقَالَ أَبُو بَكۡرٍ: أَخۡرَجَنِي قَوۡمِي، فَأُرِيدُ أَنۡ أَسِيحَ فِي الۡأَرۡضِ وَأَعۡبُدَ رَبِّي، قَالَ ابۡنُ الدَّغِنَةِ: فَإِنَّ مِثۡلَكَ يَا أَبَا بَكۡرٍ لَا يَخۡرُجُ وَلَا يُخۡرَجُ، إِنَّكَ تَكۡسِبُ الۡمَعۡدُومَ، وَتَصِلُ الرَّحِمَ وَتَحۡمِلُ الۡكَلَّ، وَتَقۡرِي الضَّيۡفَ، وَتُعِينُ عَلَى نَوَائِبِ الۡحَقِّ، فَأَنَا لَكَ جَارٌ، ارۡجِعۡ وَاعۡبُدۡ رَبَّكَ بِبَلَدِكَ،

3905. Yahya bin Bukair telah menceritakan kepada kami: Al-Laits menceritakan kepada kami dari ‘Uqail: Ibnu Syihab berkata: ‘Urwah bin Az-Zubair mengabarkan kepadaku bahwa ‘Aisyah—radhiyallahu ‘anha—, istri Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—berkata: Aku tidak mengingat sama sekali kedua orang tuaku kecuali keduanya sudah memeluk agama Islam. Tidaklah satu haripun yang kami lalui kecuali Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—mendatangi kami di dua batas siang, yaitu pagi dan sore. Ketika kaum muslimin mendapat berbagai cobaan, Abu Bakr keluar berhijrah menuju Habasyah, hingga ketika beliau sampai Bark Al-Ghimad, Ibnu Ad-Daghinah berjumpa dengan beliau.

Ibnu Ad-Daghinah adalah tokoh kabilah Qarah. Dia bertanya, “Engkau hendak ke mana, wahai Abu Bakr?”

Abu Bakr menjawab, “Kaumku mengusirku. Aku hendak pergi ke suatu daerah sehingga aku bisa beribadah kepada Tuhanku.”

Ibnu Ad-Daghinah berkata, “Sesungguhnya orang semisal engkau tidak pantas keluar dan tidak boleh diusir. Sesungguhnya engkau memberi dengan sesuatu yang tidak didapatkan pada orang lain, menyambung silaturahmi, menanggung beban orang yang tidak mampu, menjamu tamu, dan menolong dalam kejadian-kejadian yang benar. Aku yang menjadi penjamin keamananmu. Kembalilah dan beribadahlah kepada Tuhanmu di negerimu!”

فَرَجَعَ وَارۡتَحَلَ مَعَهُ ابۡنُ الدَّغِنَةِ، فَطَافَ ابۡنُ الدَّغِنَةِ عَشِيَّةً فِي أَشۡرَافِ قُرَيۡشٍ، فَقَالَ لَهُمۡ: إِنَّ أَبَا بَكۡرٍ لَا يَخۡرُجُ مِثۡلُهُ وَلَا يُخۡرَجُ، أَتُخۡرِجُونَ رَجُلاً يَكۡسِبُ الۡمَعۡدُومَ، وَيَصِلُ الرَّحِمَ، وَيَحۡمِلُ الۡكَلَّ، وَيَقۡرِي الضَّيۡفَ، وَيُعِينُ عَلَى نَوَائِبِ الۡحَقِّ، فَلَمۡ تُكَذِّبۡ قُرَيۡشٌ بِجِوَارِ ابۡنِ الدَّغِنَةِ، وَقَالُوا لِابۡنِ الدَّغِنَةِ: مُرۡ أَبَا بَكۡرٍ فَلۡيَعۡبُدۡ رَبَّهُ فِي دَارِهِ، فَلۡيُصَلِّ فِيهَا وَلۡيَقۡرَأۡ مَا شَاءَ، وَلَا يُؤۡذِينَا بِذٰلِكَ وَلَا يَسۡتَعۡلِنُ بِهِ، فَإِنَّا نَخۡشَى أَنۡ يَفۡتِنَ نِسَاءَنَا وَأَبۡنَاءَنَا،

Abu Bakr kembali dan Ibnu Ad-Daghinah menaiki tunggangan bersama beliau. Dia berkeliling di sore hari menemui para pembesar kafir Quraisy. Dia berkata kepada mereka, “Sesungguhnya Abu Bakr, orang semisal dia tidak pantas keluar dan tidak boleh diusir (dari negerinya). Apakah kalian mengusir orang yang memberi dengan sesuatu yang tidak didapatkan pada orang lain, menyambung silaturahmi, menanggung beban orang yang tidak mampu, menjamu tamu, dan menolong dalam kejadian-kejadian yang benar?!”

Orang-orang Quraisy pun tidak berani menolak perlindungan keamanan dari Ibnu Ad-Daghinah. Mereka berkata kepada Ibnu Ad-Daghinah, “Suruh Abu Bakr agar beribadah kepada Tuhannya di rumahnya! Silakan dia salat dan membaca apa saja yang dia mau, namun dia tidak boleh mengganggu kami dan tidak boleh melakukannya di muka umum karena kami khawatir dia akan menyesatkan anak dan istri kami.”

فَقَالَ ذٰلِكَ ابۡنُ الدَّغِنَةِ لِأَبِي بَكۡرٍ، فَلَبِثَ أَبُو بَكۡرٍ بِذٰلِكَ يَعۡبُدُ رَبَّهُ فِي دَارِهِ، وَلَا يَسۡتَعۡلِنُ بِصَلَاتِهِ، وَلَا يَقۡرَأُ فِي غَيۡرِ دَارِهِ، ثُمَّ بَدَا لِأَبِي بَكۡرٍ، فَابۡتَنَى مَسۡجِدًا بِفِنَاءِ دَارِهِ، وَكَانَ يُصَلِّي فِيهِ، وَيَقۡرَأُ الۡقُرۡآنَ، فَيَنۡقَذِفُ عَلَيۡهِ نِسَاءُ الۡمُشۡرِكِينَ وَأَبۡنَاؤُهُمۡ، وَهُمۡ يَعۡجَبُونَ مِنۡهُ، وَيَنۡظُرُونَ إِلَيۡهِ، وَكَانَ أَبُو بَكۡرٍ رَجُلًا بَكَّاءً، لَا يَمۡلِكُ عَيۡنَيۡهِ إِذَا قَرَأَ الۡقُرۡآنَ، وَأَفۡزَعَ ذٰلِكَ أَشۡرَافَ قُرَيۡشٍ مِنَ الۡمُشۡرِكِينَ، فَأَرۡسَلُوا إِلَى ابۡنِ الدَّغِنَةِ فَقَدِمَ عَلَيۡهِمۡ، فَقَالُوا: إِنَّا كُنَّا أَجَرۡنَا أَبَا بَكۡرٍ بِجِوَارِكَ عَلَى أَنۡ يَعۡبُدَ رَبَّهُ فِي دَارِهِ، فَقَدۡ جَاوَزَ ذٰلِكَ، فَابۡتَنَى مَسۡجِدًا بِفِنَاءِ دَارِهِ، فَأَعۡلَنَ بِالصَّلَاةِ وَالۡقِرَاءَةِ فِيهِ، وَإِنَّا قَدۡ خَشِينَا أَنۡ يَفۡتِنَ نِسَاءَنَا وَأَبۡنَاءَنَا، فَانۡهَهُ، فَإِنۡ أَحَبَّ أَنۡ يَقۡتَصِرَ عَلَى أَنۡ يَعۡبُدَ رَبَّهُ فِي دَارِهِ فَعَلَ، وَإِنۡ أَبَى إِلَّا أَنۡ يُعۡلِنَ بِذٰلِكَ، فَسَلۡهُ أَنۡ يَرُدَّ إِلَيۡكَ ذِمَّتَكَ، فَإِنَّا قَدۡ كَرِهۡنَا أَنۡ نُخۡفِرَكَ، وَلَسۡنَا مُقِرِّينَ لِأَبِي بَكۡرٍ الۡاِسۡتِعۡلَانَ.

Ibnu Ad-Daghinah mengutarakan hal itu kepada Abu Bakr. Abu Bakr pun tetap tinggal dengan persyaratan itu. Beliau beribadah kepada Tuhannya di dalam rumahnya. Dia tidak melakukan salat di muka umum dan tidak membaca Alquran di selain rumahnya. Kemudian Abu Bakr memiliki gagasan membangun sebuah masjid di halaman rumahnya. Beliau merutinkan salat di situ dan membaca Alquran. Istri-istri dan anak-anak kaum musyrikin berdesakan mengerumuni beliau. Mereka takjub dan mengamati beliau. Abu Bakr adalah seorang yang banyak menangis. Beliau tidak bisa mengendalikan air matanya ketika membaca Alquran.

Hal itu membuat para pembesar musyrikin Quraisy khawatir. Mereka mengirim utusan kepada Ibnu Ad-Daghinah, lalu dia datang menemui mereka. Mereka berkata kepadanya, “Sesungguhnya dahulu kami memberikan keamanan kepada Abu Bakr dengan perlindungan darimu dengan syarat dia beribadah kepada Tuhannya di dalam rumahnya. Sekarang dia telah melanggarnya. Dia telah membangun sebuah masjid di halaman rumahnya dan melakukan salat dan membaca Alquran terang-terangan. Kami khawatir dia akan menyesatkan anak-anak dan istri-istri kami. Laranglah dia! Jika dia mau mencukupkan diri untuk beribadah kepada Tuhannya di dalam rumahnya, dia boleh melakukannya. Namun jika dia tidak mau, kecuali dia melakukannya dengan terang-terangan, suruhlah dia agar mengembalikan jaminan keamanan darimu! Kami tidak suka (jika dianggap sebagai pihak yang) membatalkan perjanjianmu, padahal kami sejak semula sudah tidak menyetujui jika Abu Bakr melakukan ibadah dengan terang-terangan.”

قَالَتۡ عَائِشَةُ: فَأَتَى ابۡنُ الدَّغِنَةِ إِلَى أَبِي بَكۡرٍ فَقَالَ: قَدۡ عَلِمۡتَ الَّذِي عَاقَدۡتُ لَكَ عَلَيۡهِ، فَإِمَّا أَنۡ تَقۡتَصِرَ عَلَى ذٰلِكَ، وَإِمَّا أَنۡ تَرۡجِعَ إِلَيَّ ذِمَّتِي، فَإِنِّي لَا أُحِبُّ أَنۡ تَسۡمَعَ الۡعَرَبُ أَنِّي أُخۡفِرۡتُ فِي رَجُلٍ عَقَدۡتُ لَهُ. فَقَالَ أَبُو بَكۡرٍ: فَإِنِّي أَرُدُّ إِلَيۡكَ جِوَارَكَ، وَأَرۡضَى بِجِوَارِ اللهِ عَزَّ وَجَلَّ،

‘Aisyah berkata: Ibnu Ad-Daghinah mendatangi Abu Bakr. Dia berkata, “Engkau sudah mengetahui perjanjian yang aku buat untukmu. Pilihlah antara engkau mencukupkan diri pada perjanjian itu atau engkau mengembalikan jaminanku kepadaku! Aku tidak suka orang-orang Arab mendengar bahwa aku melakukan kecurangan terhadap seseorang yang aku janjikan.”

Abu Bakr berkata, “Sesungguhnya aku kembalikan jaminan keamananmu kepadamu dan aku rida kepada jaminan keamanan dari Allah—‘azza wa jalla—.”

وَالنَّبِيُّ ﷺ يَوۡمَئِذٍ بِمَكَّةَ، فَقَالَ النَّبِيُّ ﷺ لِلۡمُسۡلِمِينَ: (إِنِّي أُرِيتُ دَارَ هِجۡرَتِكُمۡ، ذَاتَ نَخۡلٍ بَيۡنَ لَابَتَيۡنِ) وَهُمَا الۡحَرَّتَانِ، فَهَاجَرَ مَنۡ هَاجَرَ قِبَلَ الۡمَدِينَةِ، وَرَجَعَ عَامَّةُ مَنۡ كَانَ هَاجَرَ بِأَرۡضِ الۡحَبَشَةِ إِلَى الۡمَدِينَةِ، وَتَجَهَّزَ أَبُو بَكۡرٍ قِبَلَ الۡمَدِينَةِ، فَقَالَ لَهُ رَسُولُ اللهِ ﷺ: (عَلَى رِسۡلِكَ، فَإِنِّي أَرۡجُو أَنۡ يُؤۡذَنَ لِي). فَقَالَ أَبُو بَكۡرٍ: وَهَلۡ تَرۡجُو ذٰلِكَ بِأَبِي أَنۡتَ؟ قَالَ: (نَعَمۡ). فَحَبَسَ أَبُو بَكۡرٍ نَفۡسَهُ عَلَى رَسُولِ اللهِ ﷺ لِيَصۡحَبَهُ، وَعَلَفَ رَاحِلَتَيۡنِ كَانَتَا عِنۡدَهُ وَرَقَ السَّمُرِ - وَهُوَ الۡخَبَطُ - أَرۡبَعَةَ أَشۡهُرٍ.

Di hari itu, Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—masih berada di Makkah. Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—berkata kepada kaum muslimin, “Aku sudah diperlihatkan negeri hijrah kalian. Suatu daerah yang memiliki pohon-pohon kurma di antara dua labah.” Yaitu dua daerah yang berbatu-batu hitam.

Lalu orang-orang berhijrah menuju Madinah. Sebagian besar orang yang telah berhijrah ke negeri Habasyah juga kembali ke Madinah.

Abu Bakr bersiap-siap berhijrah menuju Madinah, namun Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—berkata kepadanya, “Jangan buru-buru! Sungguh aku berharap agar aku diizinkan (berhijrah).”

Abu Bakr bertanya, “Apa engkau mengharapkan itu? Ayahku menjadi tebusanmu.”

Rasulullah menjawab, “Iya.”

Abu Bakr mengurungkan dirinya untuk bisa menemani Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—. Abu Bakr memberi makan dua ekor binatang tunggangan yang dimilikinya dengan dedaunan yang jatuh dari pohon Samur selama empat bulan.

قَالَ ابۡنُ شِهَابٍ: قَالَ عُرۡوَةُ: قَالَتۡ عَائِشَةُ: فَبَيۡنَمَا نَحۡنُ يَوۡمًا جُلُوسٌ فِي بَيۡتِ أَبِي بَكۡرٍ فِي نَحۡرِ الظَّهِيرَةِ، قَالَ قَائِلٌ لِأَبِي بَكۡرٍ: هَٰذَا رَسُولُ اللهِ ﷺ مُتَقَنِّعًا، فِي سَاعَةٍ لَمۡ يَكُنۡ يَأۡتِينَا فِيهَا، فَقَالَ أَبُو بَكۡرٍ: فِدَاءٌ لَهُ أَبِي وَأُمِّي، وَاللهِ مَا جَاءَ بِهِ فِي هَٰذِهِ السَّاعَةِ إِلَّا أَمۡرٌ. قَالَتۡ: فَجَاءَ رَسُولُ اللهِ ﷺ فَاسۡتَأۡذَنَ، فَأُذِنَ لَهُ فَدَخَلَ، فَقَالَ النَّبِيُّ ﷺ لِأَبِي بَكۡرٍ: (أَخۡرِجۡ مَنۡ عِنۡدَكَ). فَقَالَ أَبُو بَكۡرٍ: إِنَّمَا هُمۡ أَهۡلُكَ، بِأَبِي أَنۡتَ يَا رَسُولَ اللهِ، قَالَ: (فَإِنِّي قَدۡ أُذِنَ لِي فِي الۡخُرُوجِ). فَقَالَ أَبُو بَكۡرٍ: الصَّحَابَةُ بِأَبِي أَنۡتَ يَا رَسُولَ اللهِ، قَالَ رَسُولُ اللهِ ﷺ: (نَعَمۡ). قَالَ أَبُو بَكۡرٍ: فَخُذۡ - بِأَبِي أَنۡتَ يَا رَسُولَ اللهِ - إِحۡدَى رَاحِلَتَىَّ هَاتَيۡنِ، قَالَ رَسُولُ اللهِ ﷺ: (بِالثَّمَنِ).

Ibnu Syihab berkata: ‘Urwah berkata: ‘Aisyah berkata: Ketika kami sedang duduk di suatu hari di rumah Abu Bakr di siang bolong, ada yang berkata kepada Abu Bakr, “Ini Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—(datang) dengan menudungi kepalanya.” Di saat yang beliau tidak biasanya mendatangi kami.

Abu Bakr berkata, “Ayah dan ibuku sebagai tebusan beliau. Demi Allah, tidaklah beliau datang di waktu ini kecuali karena ada suatu urusan.”

‘Aisyah berkata: Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—datang lalu minta izin. Beliau diizinkan. Lalu beliau masuk. Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—berkata kepada Abu Bakr, “Suruhlah orang-orang yang ada di rumahmu untuk keluar!”

Abu Bakr berkata, “Yang ada hanyalah keluargamu—ayahku sebagai tebusanmu—wahai Rasulullah.”

Nabi berkata, “Sesungguhnya aku telah diizinkan untuk keluar hijrah.”

Abu Bakr berkata, “Aku ingin menemanimu—ayahku sebagai tebusanmu—wahai Rasulullah.”

Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—berkata, “Iya.”

Abu Bakr berkata, “Ambillah—ayahku sebagai tebusanmu wahai Rasulullah—salah satu dari dua binatang tungganganku ini!”

Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—berkata, “Dengan harga.”

قَالَتۡ عَائِشَةُ: فَجَهَّزۡنَاهُمَا أَحَثَّ الۡجَهَازِ، وَصَنَعۡنَا لَهُمَا سُفۡرَةً فِي جِرَابٍ، فَقَطَعَتۡ أَسۡمَاءُ بِنۡتُ أَبِي بَكۡرٍ قِطۡعَةً مَنۡ نِطَاقِهَا، فَرَبَطَتۡ بِهِ عَلَى فَمِ الۡجِرَابِ، فَبِذٰلِكَ سُمِّيَتۡ ذَاتَ النِّطَاقِ، قَالَتۡ ثُمَّ لَحِقَ رَسُولُ اللهِ ﷺ وَأَبُو بَكۡرٍ بِغَارٍ فِي جَبَلِ ثَوۡرٍ، فَكَمَنَا فِيهِ ثَلَاثَ لَيَالٍ، يَبِيتُ عِنۡدَهُمَا عَبۡدُ اللهِ بۡنُ أَبِي بَكۡرٍ، وَهُوَ غُلَامٌ شَابٌّ، ثَقِفٌ لَقِنٌ، فَيُدۡلِجُ مِنۡ عِنۡدِهِمَا بِسَحَرٍ، فَيُصۡبِحُ مَعَ قُرَيۡشٍ بِمَكَّةَ كَبَائِتٍ، فَلَا يَسۡمَعُ أَمۡرًا يُكۡتَادَانِ بِهِ إِلَّا وَعَاهُ، حَتَّى يَأۡتِيَهُمَا بِخَبَرِ ذٰلِكَ حِينَ يَخۡتَلِطُ الظَّلَامُ، وَيَرۡعَى عَلَيۡهِمَا عَامِرُ بۡنُ فُهَيۡرَةَ مَوۡلَى أَبِي بَكۡرٍ مِنۡحَةً مِنۡ غَنَمٍ، فَيُرِيحُهَا عَلَيۡهِمَا حِينَ يَذۡهَبُ سَاعَةٌ مِنَ الۡعِشَاءِ، فَيَبِيتَانِ فِي رِسۡلٍ، وَهُوَ لَبَنُ مِنۡحَتِهِمَا وَرَضِيفِهِمَا، حَتَّى يَنۡعِقَ بِهَا عَامِرُ بۡنُ فُهَيۡرَةَ بِغَلَسٍ، يَفۡعَلُ ذٰلِكَ فِي كُلِّ لَيۡلَةٍ مِنۡ تِلۡكَ اللَّيَالِي الثَّلَاثِ،

‘Aisyah berkata: Kami menyiapkan untuk keduanya secepat-cepatnya. Kami meletakkan bekal di dalam sebuah kantong. Asma` binti Abu Bakr memotong secarik kain dari ikat pinggangnya lalu mengikatkannya di mulut kantong itu. Karena itulah dia diberi julukan wanita pemilik ikat pinggang.

‘Aisyah berkata: Kemudian Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—bersama Abu Bakr tinggal di sebuah gua di gunung Tsaur. Keduanya bersembunyi di dalamnya selama tiga malam.

‘Abdullah bin Abu Bakr bermalam di dekat tempat mereka berdua. Waktu itu dia masih remaja yang cerdas dan cepat memahami. Dia keluar dari tempat mereka berdua di waktu sahur, sehingga di pagi hari dia sudah bersama orang-orang Quraisy di Makkah seakan-akan dia tidak baru saja bepergian. Tidaklah dia mendengar suatu rencana jahat terhadap keduanya kecuali dia menghafalnya, sampai dia membawa kabar itu kepada mereka berdua ketika hari sudah gelap.

‘Amir bin Fuhairah maula Abu Bakr menggembalakan kambing pemberian untuk mereka berdua. Dia mengistirahatkan kambing itu ke tempat mereka ketika sesaat dari waktu Isya telah lewat. Keduanya pun bisa bermalam dengan minum susu, baik susu segar maupun yang dimasak, sampai ‘Amir bin Fuhairah memanggil kambing itu di penghujung malam. Dia melakukan itu setiap malam dari tiga malam itu.

وَاسۡتَأۡجَرَ رَسُولُ اللهِ ﷺ وَأَبُو بَكۡرٍ رَجُلًا مِنۡ بَنِي الدِّيلِ، وَهُوَ مِنۡ بَنِي عَبۡدِ بۡنِ عَدِيٍّ، هَادِيًا خِرِّيتًا، وَالۡخِرِّيتُ الۡمَاهِرُ بِالۡهِدَايَةِ، قَدۡ غَمَسَ حِلۡفًا فِي آلِ الۡعَاصِ بۡنِ وَائِلٍ السَّهۡمِيِّ، وَهُوَ عَلَى دِينِ كُفَّارِ قُرَيۡشٍ، فَأَمِنَاهُ فَدَفَعَا إِلَيۡهِ رَاحِلَتَيۡهِمَا، وَوَاعَدَاهُ غَارَ ثَوۡرٍ بَعۡدَ ثَلَاثِ لَيَالٍ بِرَاحِلَتَيۡهِمَا صُبۡحَ ثَلَاثٍ، وَانۡطَلَقَ مَعَهُمَا عَامِرُ بۡنُ فُهَيۡرَةَ وَالدَّلِيلُ، فَأَخَذَ بِهِمۡ طَرِيقَ السَّوَاحِلِ. [طرفه في: ٤٧٦].

Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—dan Abu Bakr menyewa seorang dari bani Ad-Dil, yaitu dari bani ‘Abd bin ‘Adi, sebagai khirrit (pemandu). Khirrit artinya orang yang mahir menunjuki jalan. Orang itu melakukan perjanjian persekutuan dengan keluarga Al-‘Ash bin Wa`il As-Sahmi. Orang itu masih memeluk agama orang-orang kafir Quraisy. Rasulullah dan Abu Bakr mempercayainya lalu menyerahkan binatang tunggangan mereka berdua kepadanya. Mereka berdua membuat janji dengannya di gua Tsaur setelah tiga malam dengan membawa binatang keduanya di keesokan malam yang ketiga. ‘Amir bin Fuhairah dan si pemandu itu berangkat bersama mereka berdua. Si pemandu membawa mereka melalui jalur pesisir.


That's the article Shahih Al-Bukhari hadits nomor 3905

That's it for the article Shahih Al-Bukhari hadits nomor 3905 this time, hopefully can be useful for all of you. okay, see you in another article post.

You are now reading the article Shahih Al-Bukhari hadits nomor 3905 with link address https://doaislamupdate.blogspot.com/2021/10/shahih-al-bukhari-hadits-nomor-3905.html
Comment Policy: Please write your comments that match the topic of this page post. Comments containing links will not be displayed until they are approved.
Open Comments
Close Comment