Tentang Kamu; Etika Menawan Menerapkan Sabar
Written on: Februari 14, 2017
Tentang Kamu; Etika Menawan Menerapkan Sabar - Hi friends, I hope you are all in good healthDOA ISLAM, In the article you are reading this time with the title Tentang Kamu; Etika Menawan Menerapkan Sabar , We have prepared this article well for you to read and take information in it. hopefully the contents of the post
Artikel Kesan,
Artikel Nasihat, what we write you can understand. ok, happy reading.
Title : Tentang Kamu; Etika Menawan Menerapkan Sabar
link : Tentang Kamu; Etika Menawan Menerapkan Sabar
Adalah Sri Ningsih, seorang wanita indonesia asal kepulauan Sumbawa yang menggenggam erat cita untuk dapat berkeliling dunia. Memiliki kulit kehitaman, bertubuh pendek dan gempal tak menyurutkan niatnya menggapai asa. Dilahirkan di Pulau Bungin, Sri Ningsih adalah pralambang ketulusan cinta Nugroho dengan Rahayu.
Sri Ningsih lahir dan tumbuh dalam balutan kesedihan yang kian menguras kesabaran. Lahir sebagai piatu, Sri Ningsih tumbuh sebagai putri keluarga kaya yang bahagia. Tapi tak lama, kebahagiaan Sri Ningsih terrenggut seketika dengan kematian Nugroho, tepat ketika Sri Ningsih hendak merayakan sembilan tahun usianya. Tak berhenti disitu, kepergian Nugroho ternyata menjadi awal dari rentetan kegetiran yang harus diterima Sri Ningsih.
Luka menganga dihati Nusi Maratta atas kepergian suaminya, hingga tega menyebut anak tirinya, Sri Ningsih, dengan sebutan Anak yang dikutuk. Omelan, makian, hingga pukulan menjadi hal biasa dalam keseharian Sri Ningsih. Tumpukan pekerjaan kemudian ditumpahkan kepada Sri Ningsih yang malang. Mulai dari mengurus rumah, hingga mencari nafkah. Mulai dari menanak nasi, hingga mencari air tawar ke pulau seberang. Mulai pagi buta sampai menjelang tengah malam, menyisakan Sri Ningsih yang tertidur sebentar karena kelelahan dan rasa lapar.
Kehidupan berjalan, Sri Ningsih benar-benar harus belajar agar menjadi seorang yang kuat dan sabar sesuai dengan pesan Bapak. Penderitaan demi penderitaan seolah terus membayang, membuntuti kemanapun Sri Ningsih pergi.
Dititipkan disebuah madrasah di Surakata, Sri Ningsih yang ketika itu sudah remaja harus dihadapkan pada peristiwa pembantaian brutal. Keluarga Kyai Ma’sum, pemilik madrasah, dan hampir separuh penghuni madrasah meninggal mengerikan, menjadi korban kebengisan kelompok radikal anti Islam.
Mengadu nasib ke Ibu Kota, Sri Ningsih sukses mejadi pengelola aneka dagangan kaki lima. Sri Ningsih bungah (baca: bahagia), jalan kesuksesan serasa terbentang. Ia pun mengembangkan usahanya, dari kaki lima berganti haluan ke bisnis rental mobil dengan mendirikan “Rahayu Car Rental”. Usaha rental berjalan lancar, sampai suatu ketika kekacauan besar singgah di Jakarta. Demo mahasiwa berubah menjadi amukan yang membakar banyak gedung dan bangunan. Kantor Sri Ningsih yang berada di Pasar Senen ikut menjadi korban kebrutalan, juga 18 mobil rental milik Sri Ningsih, seluruhnya ludes terbakar.
Akan tetapi Sri Ningsih adalah keturunan nelayan yang tangguh, yang tak mengeluh meski terjangan ombak menguras peluh. Tak menyerah, walapun payah. Jatuh, bangkit lagi. Terperosok, mendaki kembali. Demikianlah Sri.
Tere liye membuka cerita dengan memperkenalkan Zaman Zulkarnain, seorang junior lawyer firma hukum Thompson & Co. Zaman mendapat tugas untuk melakukan investigasi terhadap salah satu klien Thompson & Co. yang meninggal di Paris dan mewariskan aset kepemilikan saham senilai satu miliar pounsterling atau setara dengan sembilan belas triliun rupiah. Zaman diberikan kepercayaan untuk menangani kasus ini karena ia dan kliennya sama-sama berasal dari Indonesia. Ya, klien Thompson & Co. tersebut tidak lain adalah Sri Ningsih.
Investigasi yang dilakukan Zaman seolah menjadi napak tilas perjuangan Sri Ningsih dalam meniti kesuksesan. Zaman harus mengumpulkan kepingan kisah yang terberai, dari Sumbawa, Surakarta, Jakarta, London, hingga Paris, kota tempat Sri menutup usia. Belakangan, Zaman menyimpulkan bahwa rangkaian perjalanan yang ia lakukan sudah diperhitungkan dengan matang oleh Sri Ningsih, bukan hanya untuk melindungi hartanya, tapi juga untuk merangkum kisah hidup dan perjuangannya.
Selama penelusuran, Zaman bertemu dengan orang-orang yang menjadi saksi hidup keluhuran pekerti yang dimiliki Sri Ningsih. Zaman menyadari bahwa Sri Ningsih bukan hanya sosok wanita yang hebat dan kuat, tapi juga selalu membawa kegembiraan bagi semua orang. Kisah Sri Ningsih memberikan banyak pembelajaran; tentang arti kesabaran, tentang pengkhianatan, tentang memeluk rasa sakit, juga tentang bagaimana seharusnya cinta.
Baik Sri Ningsih maupun Zaman Zulkarnain, keduanya sama-sama memiliki kesabaran yang brilian, hanya berbeda dalam hal cara menyampaikan. Sri Ningsih memiliki kesabaran yang luar biasa, namun tetap sopan dan pintar ketika menghadapi pengkhianatan dan kepicikan. Sedangkan Zaman Zulkarnain, tetap sabar menghadapi kakak tirinya, Hans --yang telah 18 tahun menorehkan luka bagi diri dan ibunya--, namun tegas dan awas dalam menentapkan keputusan.
Apakah benar Sri Ningsih adalah anak yang dikutuk? bagaimana cara Sri Ningsih memiliki kekayaan hingga triliunan? mengapa Sri Ningsih harus berpindah-pindah kota bahkan negara? siapa sebenarnya orang yang terus menghantuinya? Hanya dengan membaca novel Tentang Kamu, kita akan mendapatkan jawabannya. Oh ya, juga tentang betapa romantisnya Hakan Karim yang senantiasa jatuh cinta hingga rela melakukan hal-hal “gila” untuk membahagiakan istrinya, Sri Ningsih. Ah....., sedemikiankah cinta..??
Jika kita bisa belajar tentang makna keikhlasan dari novel Hafalan Shalat Delisa, maka novel Tentang Kamu menuntun kita bagaimana mengoptimalkan sabar. Sebagai penutup, saya tulisankan quote favorit saya dari novel ini: Aku tidak akan menangis karena sesuatu telah berakhir, tapi aku akan tersenyum karena sesuatu itu pernah terjadi (halaman 286).
You are now reading the article Tentang Kamu; Etika Menawan Menerapkan Sabar with link address https://doaislamupdate.blogspot.com/2017/02/tentang-kamu-etika-menawan-menerapkan.html
Title : Tentang Kamu; Etika Menawan Menerapkan Sabar
link : Tentang Kamu; Etika Menawan Menerapkan Sabar
Tentang Kamu; Etika Menawan Menerapkan Sabar
Apakah sabar memiliki batasan? Aku tahu jawabannya sekarang. Ketika kebencian, dendam kesumat sebesar apa pun akan luruh oleh rasa sabar. Gunung-gunung akan rata, lautan akan kering, tidak ada yang mampu mengalahkan rasa sabar (hal. 48).
Adalah Sri Ningsih, seorang wanita indonesia asal kepulauan Sumbawa yang menggenggam erat cita untuk dapat berkeliling dunia. Memiliki kulit kehitaman, bertubuh pendek dan gempal tak menyurutkan niatnya menggapai asa. Dilahirkan di Pulau Bungin, Sri Ningsih adalah pralambang ketulusan cinta Nugroho dengan Rahayu.
Sri Ningsih lahir dan tumbuh dalam balutan kesedihan yang kian menguras kesabaran. Lahir sebagai piatu, Sri Ningsih tumbuh sebagai putri keluarga kaya yang bahagia. Tapi tak lama, kebahagiaan Sri Ningsih terrenggut seketika dengan kematian Nugroho, tepat ketika Sri Ningsih hendak merayakan sembilan tahun usianya. Tak berhenti disitu, kepergian Nugroho ternyata menjadi awal dari rentetan kegetiran yang harus diterima Sri Ningsih.
Luka menganga dihati Nusi Maratta atas kepergian suaminya, hingga tega menyebut anak tirinya, Sri Ningsih, dengan sebutan Anak yang dikutuk. Omelan, makian, hingga pukulan menjadi hal biasa dalam keseharian Sri Ningsih. Tumpukan pekerjaan kemudian ditumpahkan kepada Sri Ningsih yang malang. Mulai dari mengurus rumah, hingga mencari nafkah. Mulai dari menanak nasi, hingga mencari air tawar ke pulau seberang. Mulai pagi buta sampai menjelang tengah malam, menyisakan Sri Ningsih yang tertidur sebentar karena kelelahan dan rasa lapar.
Kehidupan berjalan, Sri Ningsih benar-benar harus belajar agar menjadi seorang yang kuat dan sabar sesuai dengan pesan Bapak. Penderitaan demi penderitaan seolah terus membayang, membuntuti kemanapun Sri Ningsih pergi.
Dititipkan disebuah madrasah di Surakata, Sri Ningsih yang ketika itu sudah remaja harus dihadapkan pada peristiwa pembantaian brutal. Keluarga Kyai Ma’sum, pemilik madrasah, dan hampir separuh penghuni madrasah meninggal mengerikan, menjadi korban kebengisan kelompok radikal anti Islam.
Mengadu nasib ke Ibu Kota, Sri Ningsih sukses mejadi pengelola aneka dagangan kaki lima. Sri Ningsih bungah (baca: bahagia), jalan kesuksesan serasa terbentang. Ia pun mengembangkan usahanya, dari kaki lima berganti haluan ke bisnis rental mobil dengan mendirikan “Rahayu Car Rental”. Usaha rental berjalan lancar, sampai suatu ketika kekacauan besar singgah di Jakarta. Demo mahasiwa berubah menjadi amukan yang membakar banyak gedung dan bangunan. Kantor Sri Ningsih yang berada di Pasar Senen ikut menjadi korban kebrutalan, juga 18 mobil rental milik Sri Ningsih, seluruhnya ludes terbakar.
Akan tetapi Sri Ningsih adalah keturunan nelayan yang tangguh, yang tak mengeluh meski terjangan ombak menguras peluh. Tak menyerah, walapun payah. Jatuh, bangkit lagi. Terperosok, mendaki kembali. Demikianlah Sri.
Tere liye membuka cerita dengan memperkenalkan Zaman Zulkarnain, seorang junior lawyer firma hukum Thompson & Co. Zaman mendapat tugas untuk melakukan investigasi terhadap salah satu klien Thompson & Co. yang meninggal di Paris dan mewariskan aset kepemilikan saham senilai satu miliar pounsterling atau setara dengan sembilan belas triliun rupiah. Zaman diberikan kepercayaan untuk menangani kasus ini karena ia dan kliennya sama-sama berasal dari Indonesia. Ya, klien Thompson & Co. tersebut tidak lain adalah Sri Ningsih.
Investigasi yang dilakukan Zaman seolah menjadi napak tilas perjuangan Sri Ningsih dalam meniti kesuksesan. Zaman harus mengumpulkan kepingan kisah yang terberai, dari Sumbawa, Surakarta, Jakarta, London, hingga Paris, kota tempat Sri menutup usia. Belakangan, Zaman menyimpulkan bahwa rangkaian perjalanan yang ia lakukan sudah diperhitungkan dengan matang oleh Sri Ningsih, bukan hanya untuk melindungi hartanya, tapi juga untuk merangkum kisah hidup dan perjuangannya.
Selama penelusuran, Zaman bertemu dengan orang-orang yang menjadi saksi hidup keluhuran pekerti yang dimiliki Sri Ningsih. Zaman menyadari bahwa Sri Ningsih bukan hanya sosok wanita yang hebat dan kuat, tapi juga selalu membawa kegembiraan bagi semua orang. Kisah Sri Ningsih memberikan banyak pembelajaran; tentang arti kesabaran, tentang pengkhianatan, tentang memeluk rasa sakit, juga tentang bagaimana seharusnya cinta.
Baik Sri Ningsih maupun Zaman Zulkarnain, keduanya sama-sama memiliki kesabaran yang brilian, hanya berbeda dalam hal cara menyampaikan. Sri Ningsih memiliki kesabaran yang luar biasa, namun tetap sopan dan pintar ketika menghadapi pengkhianatan dan kepicikan. Sedangkan Zaman Zulkarnain, tetap sabar menghadapi kakak tirinya, Hans --yang telah 18 tahun menorehkan luka bagi diri dan ibunya--, namun tegas dan awas dalam menentapkan keputusan.
Apakah benar Sri Ningsih adalah anak yang dikutuk? bagaimana cara Sri Ningsih memiliki kekayaan hingga triliunan? mengapa Sri Ningsih harus berpindah-pindah kota bahkan negara? siapa sebenarnya orang yang terus menghantuinya? Hanya dengan membaca novel Tentang Kamu, kita akan mendapatkan jawabannya. Oh ya, juga tentang betapa romantisnya Hakan Karim yang senantiasa jatuh cinta hingga rela melakukan hal-hal “gila” untuk membahagiakan istrinya, Sri Ningsih. Ah....., sedemikiankah cinta..??
Jika kita bisa belajar tentang makna keikhlasan dari novel Hafalan Shalat Delisa, maka novel Tentang Kamu menuntun kita bagaimana mengoptimalkan sabar. Sebagai penutup, saya tulisankan quote favorit saya dari novel ini: Aku tidak akan menangis karena sesuatu telah berakhir, tapi aku akan tersenyum karena sesuatu itu pernah terjadi (halaman 286).
That's the article Tentang Kamu; Etika Menawan Menerapkan Sabar
That's it for the article Tentang Kamu; Etika Menawan Menerapkan Sabar this time, hopefully can be useful for all of you. okay, see you in another article post.
You are now reading the article Tentang Kamu; Etika Menawan Menerapkan Sabar with link address https://doaislamupdate.blogspot.com/2017/02/tentang-kamu-etika-menawan-menerapkan.html