Skip to main content

Kuatkan Jiwamu di jalan-Nya

Kuatkan Jiwamu di jalan-Nya - Hi friends, I hope you are all in good healthDOA ISLAM, In the article you are reading this time with the title Kuatkan Jiwamu di jalan-Nya, We have prepared this article well for you to read and take information in it. hopefully the contents of the post Artikel Nasihat, what we write you can understand. ok, happy reading.

Title : Kuatkan Jiwamu di jalan-Nya
link : Kuatkan Jiwamu di jalan-Nya

read also


Kuatkan Jiwamu di jalan-Nya

"Orang yang hebat itu adalah orang yang menjadi tempat belajar hawa nafsunya mengenai kesungguhan dan kemampuan memelihara prinsip." (Ibnu Qayim al jauziyah, shaid al khatir). Sedang 'azzam yang kuat itu ada dalam jiwa yang selalu bergelora akan ghirah di jalanNya.

Buya Hamka pernah berkata, “Apabila ghirah telah tak ada lagi, ucapkanlah takbir empat kali ke dalam tubuh umat Islam itu. Kocongkan kain kafannya lalu masukkan ke dalam keranda dan antarkan ke kuburan" (Di awal 1980-an Prof. Dr. Haji Abdul Malik Karim Amrullah (HAMKA) menerbitkan buku “Ghirah dan Tantangan Islam”. Buku itu diterbitkan ulang dengan judul “Ghirah, Cemburu karena Allah” pada 2015).

Maka ingatlah saudaraku, azab Allah akan turun dan bisa menimpa siapa saja, tak pandang bulu. "Sesungguhnya manusia jika mereka melihat kemunkaran, sedangkan mereka tidak mengubahnya, maka datanglah saatnya Allah menjatuhkan siksa-Nya secara umum” (HR Abu Dawud).

Berbicara tentang jiwa kita tak ada habisnya, dan selalu saja ada hal baru saat menyelesaikan masalah yang lama. Mungkin seperti ini inilah cara Allah mentariyah kita, dan mestinya kita menjadi semakin cerdas jiwanya, semakin hilang kadar kerapuhan jiwa.

Jiwa yang ditempa dengan berbagai masalah akan semakin menguatkan jika disandarkan pada Sang Penguasa Jiwa. Tapi bisa jadi akan semakin rapuh jika semakin jauh dariNya. Pepatah kuno mengatakan, Palu Menghancurkan Kaca, Tetapi Palu Membentuk Baja. Singkat tapi penuh makna.

Jika kondisi jiwa kita rapuh seperti kaca, maka ketika masalah menghantam bagaikan palu, "brang....Prang.......!!!!!" sudah bisa dipastikan kita akan mudah putus asa, frustasi, kecewa, marah, dan remuk redamlah jiwa. Jika gambaran jiwa kita serupa kaca, itu pertanda rentan terhadap benturan, begitu mudah tersinggung, kecewa, marah, atau sakit hati saat ada benturan menempa. Bahkan sebegitu rentannya sedikit benturan saja sudah lebih dari cukup untuk meluluhlantakan kehidupan.

Berkisah tentang keteguhan jiwa, serupa sahabat yang jiwanya membaja, Abdul Uza al Mazani. Beliau adalah seorang sahabat Nabi berasal dari kabilah Mazaniah yang terletak di antara Mekah dan Madinah. Ditinggalkan kedua orangtuanya sejak kecil, ia tinggal bersama pamannya yang sangat kaya. Tak heran bila di usia 16 tahun, ia hidup bergelimang harta; berpakaian dari luar negeri, memiliki dua ekor kuda yang selalu dipakainya bergantian, dll. Sayangnya, ia dan kaum bangsanya masih menyembah berhala.

Suatu saat ketika ia sedang melakukan perjalanan, ia bertemu dengan para Muhajirin dan berbincang dengannya. Akhirnya ia sadar dan memutuskan memeluk agama Islam. Keadaannya pun berubah. Setiap kali melihat ada sahabat yang berhijrah dari Mekah dan Madinah, ia berlari dan mengikutinya seraya berkata, “Tunggulah aku sampai aku mendengar dari kalian Al Quran. Aku ingin menghapal satu ayat baru dari kalian.” Bayangkan bagaimana tekadnya untuk menuntut ilmu agama lebih dalam, di saat para sahabat merasa jiwanya terancam serta ketakutan akan adanya mata-mata kaum Quraisy. Dalam pikiran Abdul Uza saat itu hanyalah ingin mendekatkan diri kepada Allah saja.

Akhirnya ada seorang sahabat yang berkata, “Mengapa engkau menunggu di negerimu (Mekah) tidak pergi hijrah ke Madiah?”, dan dalam keluguannya ia menjawab bahwa ia tidak akan berhijrah kecuali setelah ia mengambil tangan pamannya untuk menjemput sebuah hidayah. Selama tiga tahun sudah ia menetap dalam kabilahnya, dalam keteguhan Islam dan keistiqomahan imannya walaupun seluruh kaumnya menyembah berhala. Apabila ia ingin beribadah kepada Allah maka ia akan pergi keluar dari kaumnya ke tengah-tengah padang pasir. Selama ini ia menyembunyikan keislamannya dari hadapan orang-orang. Ditambah cercaan dari pamannya yang belum mau beriman.

Sampailah kesabaran yang memuncak ia pun menemui pamannya dan berkata, “Wahai Paman, aku lebih memilih Rasulullah daripada Engkau. Aku tidak dapat berpisah dengannya. Aku memberitahumu bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusannya. Aku berhijrah kepadanya. Jika engkau mau pergi bersamaku, aku akan menjadi orang yang paling bahagia.”

Pamannya pun menjawab, “Jika kau mengabaikan semuanya selain Islam, maka aku akan mengharamkan semua yang menjadi milikmu. Ia menjawab, “Wahai Paman, berbuatlah sesukamu, karena aku lebih memilih Allah dan Rasul-Nya.”

Pamannya pun melakukan hal yang tidak dapat dipercaya, “Kalau kau tetap memaksa, maka aku akan mengharamkanmu hingga baju yang melekat di badanmu itu.” Pamannya pun berdiri dan menggunting bajunya. Abdul Uza pun hampir seperti orang yang telanjang. Ia pun tetap keluar dengan kondisi seperti itu. Saat keluar ia menemukan selembar kain wol dan membaginya menjadi dua bagian, lalu memakainya seperti kain ihram. Ia pun kemudian berhijrah dan menemui Rasulullah untuk pertama kalinya.

Sungguh tidak bisa dibayangkan betapa besar keistiqomahannya kepada Rasulullah sekalipun ia tidak pernah bertemu dengannya. Rasulullah saw. kemudian mengganti namanya dengan Abdullah Dzul Bajadain (artinya: yang memiliki dua potong kain). “Allah telah mengganti dua kain itu dengan tempat tinggal dan kain di dalam surga, yang dapat engkau pakai kapan pun engkau suka dan dapat kau gunakan kapan pun engkau suka,” demikian sabda Rasulullah.

Semenjak saat itu Abdul Uza ikut berjuang bersama Rasulullah hingga syahid dalam perang Tabuk pada usia 23 tahun, seperti dikisahkan Ibnu Mas’ud menceritakan hari dimana Abdul Uza wafat. Ia berkata, “Aku tidur dalam cuaca yang sangat dingin dan dalam keadaan takut akan pekatnya malam. Aku mendengar suara orang yang menggali tanah dan menjadi heran dibuatnya. “Siapakah yang menggali tanah malam-malam begini dan dalam cuaca yang sangat dingin?” Akupun melihat pada tempat tidur Rasulullah dan tidak mendapatkan beliau di sana, Lalu aku melihat tempat tidur Umar, aku juga tidak menemukannya. Kualihkan pandanganku ke tempat tidur Abu Bakar dan aku tidak menemukannya juga.

Aku pun keluar dan melihat Abu Bakar dan Umar sedang memegang lilin, sedangkan Rasulullah sedang menggali tanah. Aku datang kepada beliau dan berkata, “Apa yang engkau lakukan wahai Rasulullah?” Beliau mengangkat kepalanya ke arahku dengan kedua mata yang dipenuhi dengan air mata, “Saudaramu Dzul Bajadain telah meninggal.”

Aku berpaling kepada Umar dan Abu Bakar dan berkata, “Mengapa kalian biarkan Rasulullah menggali sendiri, sedang kalian hanya berdiri saja?” Abu Bakar menjawab, “Rasulullah sendiri yang ingin menggali kuburannya (Abdullah)” Lalu Nabi mengulurkan tangannya ke arah Abu Bakar dan Umar, “Berikanlah kepadaku (jenazah) saudaramu itu.” Lalu Nabi berkata, “Hantarkanlah kepergian saudaramu dengan doa karena sesungguhnya ia telah mencintai Allah dan Rasul-Nya”

Rasulullah pun meletakkan jasad itu ke dalam kubur dengan kedua tangannya sendiri. Air mata beliau pun jatuh membasahi kain kafan Abdullah Dzul Bajadain. Beliau lalu mengangkat tangannya ke arah langit sambil berdoa, “Ya Allah Aku bersaksi kepada Engkau, bahwa aku telah meridhai Dzul Bajadain, maka ridhailah ia.” Rasulullah pun menguburkannya dengan kedua tangannya yang mulia dan berkata, “Ya Allah, rahmatilah dia karena ia telah membaca Al Qur’an atas dasar cinta kepada Rasulullah SAW.” (Dalam rubric Kompasiana cerita ini sudah dibaca : 5479 kali).

Subhanallah, tak ada yang terindah selain seseorang yang ketika syahidnya di kuburkan sendiri oleh tangan Rasulullah. Bagaimana dengan kita? Sejiwa apakah kita?

Bukanlah steril dari masalah dalam kehidupan itu mustahil? atau menganggap kita tidak punya masalah padahal seambreg problem hidup makin menayun di pelupuk mata kita. Berbijak dalam mensikapi hidup mungkin akan jauh lebih baik dari sekedar menjalaninya. Pilihan yang tepat, bukanlah jiwa serupa kaca, tapi jadilah “Mental baja.” Mental yang mendesainkan dirinya memilki mental yang selalu positif, bahkan tetap bersyukur dan bersabar saat masalah dan keadaan yang benar-benar sulit tengah menghimpitnya. Masalah tidak dinanti apalagi dicari, tapi saat hadir masalah bertubi, kita tak limbung saat mengadapi.

Ya, inilah orang yang selalu beranggapan bahwa masalah adalah proses kehidupan untuk membentuknya menjadi lebih baik. Bukankah sepotong besi baja akan menjadi sebuah alat yang lebih berguna setelah ditempa dengan berbagai proses dibakar dan dipalu. Setiap pukulan memang menyakitkan, wajar bukan? Namun bagi yang bermental baja selalu menyadari bahwa itulah yang terbaik untuk dirinya, agar menjadi lebih baik. Bahkan palu yang menghantam kita sebagai sahabat yang akan membentuk kita menjadi lebih kuat. Tentu akan berbeda jika jiwa kita “kaca”, maka melihat palu serasa bertemu musuh yang akan menghancurkan.

Yakinlah bahwa orang yang jiwanya sehat dan kuat dapat menghadapi berbagai masalah kehidupan dengan mudah, sementara orang yang jiwanya rapuh, lemah dan dirongrong berbagai penyakit sangat rapuh terhapan berbagai masalah kehidupan. Ibarat tidak sengaja di-senggol sedikit saja ia akan roboh.

Jiwa yang tidak pernah bezikir ingat pada Allah sangat lemah dan rapuh. Jiwanya digerogoti berbagai penyakit, hidup sengsara didunia dan akhirat, tidak tahan terhadap terpaan berbagai masalah kehidupan yang dihadapi. Rentan untuk mendapatkan penyakit gangguan kejiwaan seperti, stress, gila, depresi dan lain sebagainya.

Ciri khas dari orang yang memiliki jiwa rapuh adalah, jika mendapat kenikmatan atau kesenangan mereka bergembira secara berlebih-lebihan. Berjingkrak kegirangan, melompat kesana kemari, tertawa terbahak-bahak, berjalan dengan sombong dan congkak. Sebaliknya jika mereka ditimpa musibah atau kesulitan, maka orang yang berjiwa agresif akan mengumpat, memaki-maki, marah-marah serta menyalahkan berbagai pihak atas kejadian yang menimpanya, sedangkan mereka yang berjiwa pasif akan sering melamun, mengunci diri, menyendiri serta bicara dan tertawa seorang diri.

Allah menggambarkan keadaan orang yang berjiwa rapuh ini dalam surat Al-Fajr ayat 15-16; “Adapun manusia apabila Tuhannya mengujinya lalu dimuliakan-Nya dan diberi-Nya kesenangan, maka dia berkata: “Tuhanku telah memuliakanku”Adapun bila Tuhannya mengujinya lalu membatasi rezekinya maka dia berkata: “Tuhanku menghinakanku.”

Apa yang membuat kita memiliki jiwa serupa baja? Teringkah kita akan perang Badar? Perang pertama yang paling besar yang menentukan alur sejarah Islam bergulir hingga puncak kejayaan. Rasulullah bersama sahabatnya melakukan masa pengkondisian yang intensif setahun lamanya sebagai persiapan perang; Dalam waktu kuang dari setahun, Rasulullah Saw mengirim setidaknya delapan kali ekspedisi militer dalam pasukan-pasukan kecil yang berfungsi sebagai upaya pemetaan medan, penguasaan lapangan, pengintaian, dan berbagai aktivitas intelijen militer lainnya. Maka sungguh menakjubkan kaum Muslimin memenangkan Perang Badar dengan cara yang sangat spektakuler.

Apa rahasia kemenangannya? Rasulullah Saw dan para sahabatnya menunjukkan bahwa mereka sedang berada di puncak keimanan, jiwa-jiwa mereka melanglang-buana di langit keimanan dan tawakkal, hasrat-munajat mengharu biru dan rindu mereka hanya terpaut ke surga. Kepercayaan yang tidak terbatas kepada Allah Swt, tekad baja yang tidak terkalahkan oleh apa pun, keberanian yang tak pernah dapat disentuh oleh ketakutan, kerinduan pada surga yang tidak pernah tergoda oleh fatamorgana dunia; itu semua yang memberi mereka kekuatan yang mendahsyat sesaat menjelang perang Badar.

Dalam jiwa mereka ada kepercayaan mengalahkan keraguan. Harapan mengalahkan kecemasan. Keberanian mengalahkan ketakutan. Rindu surga mengalahkan logika godaan dunia. Tekad melumpuhkan kelemahan dan keterbatasan. Kebesaran musuh berubah menjadi debu dalam pandangan jiwanya.

Sebuah kemenangan yang diantarkan oleh jiwa; lantaran senjata bergantung kepada tuannya. Lantaran sorotan mata seringkali lebih tajam dari cepatnya kilatan pedang. Lantaran kebesaran nama Khalid bin Walid lebih menakutkan daripada pasukannya. Karena, "Teriakan al-Qa'qa' bin 'Amr jauh lebih menakutkan daripada seribu laki-laki," demikian kata Saad bin Abi Waqqash. Apakah rahasia tercipta jiwa-jiwa membaja? Itulah puasa.

Sejarah telah membuktikan, Kaum Muslimin selalu mencatat rekor kemenangan-kemenangan besar yang sangat menentukan dalam bulan Ramadhan atau dalam keadaan berpuasa. Karena perang Badar pada bulan Ramadhan tahun kedua hijrah, dan membebaskan kota Makkah pada bulan Ramadhan tahun kedelapan hijrah. Muzaffar Quthuz menaklukkan pasukan Tartar dalam perang 'Ain Jalut juga pada bulan Ramadhan. Dan Shalahuddin Al-Ayyubi mengusir pasukan Salib dari tanah Palestina dalam perang Hiththin juga pada bulan Ramadhan. Muhammad Al-Fatih Murad melakukan puasa sunnah tiga hari berturut-turut sebelum merebut Konstantinopel.

Selamat mencoba....semoga Allah memudahkan urusan kita. (selengkapnya lihat buku “Bertanyalah pada hatimu, pro u media, juli 2016).


*oleh: Ustd. Umar Hidayat, M.Ag. (kajian online ODOJ F16 tanggal 30 Juli 2016)


That's the article Kuatkan Jiwamu di jalan-Nya

That's it for the article Kuatkan Jiwamu di jalan-Nya this time, hopefully can be useful for all of you. okay, see you in another article post.

You are now reading the article Kuatkan Jiwamu di jalan-Nya with link address https://doaislamupdate.blogspot.com/2016/08/kuatkan-jiwamu-di-jalan-nya.html
Comment Policy: Please write your comments that match the topic of this page post. Comments containing links will not be displayed until they are approved.
Open Comments
Close Comment