Skip to main content

Untuk Apa Hidup Kita?

Untuk Apa Hidup Kita? - Hi friends, I hope you are all in good healthDOA ISLAM, In the article you are reading this time with the title Untuk Apa Hidup Kita?, We have prepared this article well for you to read and take information in it. hopefully the contents of the post Artikel Oase Islam, what we write you can understand. ok, happy reading.

Title : Untuk Apa Hidup Kita?
link : Untuk Apa Hidup Kita?

read also


Untuk Apa Hidup Kita?

Kehidupan adalah bagian dari sebuah perjalan, anggap saja demikian. Mari kita perhatikan sekilas saja tentang tahapan yang lazim terjadi dalam kehidupan seseorang.

Kita lahir ke dunia, kemudian tumbuh menjadi besar. Kita sekolah mulaui dari Paud, TK, SD, SMP, SMU, dan (bagi sebagian orang yang beruntung) meneruskan kuliah. Kemudian bekerja, menikah, mempunyai anak, dan (jika Allah karuniakan umur panjang) memiliki cucu, buyut, dst., lalu meninggal.

Adapun aktivitas rutin yang umum kita lakukan mulai dari bangun tidur, mandi, makan pagi, bekerja atau sekolah, makan siang, mengisi waktu dengan berbagai aktivitas, mandi lagi, kemudian tidur. Demikian berulang dan berulang.

Lalu apa sebenarnya tujuan hidup kita ini?

Tentu saja kita tidak sependapat jika dikatakan bahwa "Hidup itu perut kenyang" (maksudnya hidup itu untuk makan, pen.) atau "Hidup itu pemenuhan kebutuhan seksual", meskipun kesimpulan tersebut disampaikan oleh tokoh ternama.

Jika kita bertanya dengan orang-orang di sekitar kita tentang "untuk apa kita hidup?", maka sangat mungkin jawaban yang kita peroleh adalah sama banyak dengan jumlah orang yang kita tanya. Maksudnya masing-masing orang memberikan jawaban yang berbeda satu dengan yang lainnya.

Pertanyaan tersebut dapat dijawab dengan tepat jika kita tanyakan kepada Yang Maha Tahu. Dialah Allah swt., yang paling mengetahui hakikat kehidupan.

Alloh swt. berfirman:

وَمَا خَلَقْتُ ٱلْجِنَّ وَٱلْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ

Artinya: "Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku.." (QS: Adz-Dzaariyaat: 56).

Apa tujuan hidup kita? Ya, beribadah kepada Allah swt.

Sekarang sudah jelas bagi kita, bahwa kita diciptakan dan dihidupkan hanya untuk beribadah kepada Allah swt. dan tidak ada tujuan yang lain.

Mungkin timbul pertanyaan; Lalu apakah hidup kita ini hanya untuk sholat saja? ke masjid saja? mengaji saja? Kemudian tidak bekerja, mancari nafkah, tidak menikah, dan sebagainya..?

Sebelum bertanya-tanya, yuk kita pahami terlebih dahulu makna "ibadah" itu.

Pengertian Ibadah menurut Syaikhul-Islam Ibnu Taimiyah, yaitu ibadah adalah sebutan yang mencakup seluruh apa yang dicintai dan diridhai Allah swt., baik berupa ucapan atau perbuatan, yang nampak (lahir) maupun yang tersembunyi (batin). Sebagian ulama menambahkan dengan: disertai oleh ketundukan yang paling tinggi dan rasa kecintaan yang paling tinggi kepada Allah swt.

Ibadah memiliki banyak ragam dan terbagi menjadi ibadah hati, lisan, dan anggota badan. Rasa khauf (takut kepada Allah swt.), raja' (mengaharap rahmat Allah swt.), mahabbah (cinta kepada Allah swt.), tawakkal adalah contoh ibadah yang berkaitan dengan hati; Membaca Al-Qur'an, tasbih, tahlil, takbir, tahmid adalah ibadah lisan dan hati; Sedangkan shalat, zakat, haji, berbakti pada orang tua, membantu orang kesulitan adalah ibadah badan dan hati.

Ibadah merupakan kegiatan yang mencakup seluruh aktivitas seorang mukmin yang diniatkan untuk mendekatkan diri kepada Allah swt. (qurbah), atau apa saja yang membantu qurbah. Bahkan adat kebiasaan yang mubah pun akan menjadi bernilai ibadah jika diniatkan sebagai bekal untuk taat kepada Allah swt. Seperti tidur, makan, minum, jual beli, bekerja mencari nafkah, menikah, dan sebagainya. Jadi ibadah itu tidaklah sempit cakupannya, bahkan ia mencakup seluruh aspek kehidupan muslim, baik di masjid maupun di luar masjid.

Sebagai contoh ibadah di luar masjid adalah bekerja. Banyak hadits yang menganjurkan seorang muslim untuk bekerja dan memuji para pelakunya. Rasulullah saw. bersabda:

مَا أَكَلَ أَحَدٌ طَعَامًا قَطُّ خَيْرًا مِنْ أَنْ يَأْكُلَ مِنْ عَمَلِ يَدِهِ

"Tidaklah seorang (hamba) memakan makanan yang lebih baik dari hasil usaha tangannya (sendiri),.." (H.R. Bukhari).

Ketika para sahabat menyaksikan seorang laki-laki berjalan dengan gesit, mereka berkomentar, "Seandainya (saja) ia berjalan di jalan Allah (berjihad)." Kemudian Nabi saw. meluruskan pernyataan tersebut dan bersabda, yang artinya: "Jika ia keluar mencarikan nafkah anaknya yang kecil, maka ia di jalan Allah swt; Jika ia keluar mencarikan nafkah kedua orang tuanya yang sudah tua, maka ia di jalan allah; dan jika ia keluar mencari nafkah untuk dirinya dengan maksud menjauhkan diri dari yang tidak baik, maka ia di jalan Allah. Dan jika ia keluar dengan maksud riya' (pamer) dan sombong, maka ia di jalan setan." (HR. Ath-Thabrany).

Jadi merupakan pandangan yang salah jika ada orang yang menganggap bekerja itu tidak termasuk ibadah. Namun tentu saja, bekerja yang dihitung sebagai ibadah adalah bekerja yang diniatkan untuk mencari bekal agar bisa mendekatkan diri kepada Allah swt. dan menjaga kehormatan muslim serta harus dengan cara yang halal. Jika bekerja namun diniatkan untuk menumpuk harta atau berfoya-foya, serta ditempuh dengan cara yang haram lagi dengan melalaikan kewajiban agama (sholat dan mencari ilmu agama misalnya), tentu saja bekerja yang seperti ini tidaklah bernilai ibadah.

Ibadah yang bermanfaat adalah ibadah yang diterima oleh Allah swt., dan agar bisa diterima oleh Allah swt., ibadah disyaratkan harus benar. Dan ibadah itu tidak benar kecuali dengan syarat: (1) Ikhlas karena Allah swt. semata, bebas dari syirik, dan (2) Sesuai tuntunan Rasullullah saw.

Syarat pertama adalah konsekuensi dari syahadat Laa ilaaha ilaallaah, karena ia mengharuskan ikhlas beribadah hanya untuk Allah swt. dan jauh dari syirik kepada-Nya. Syarat kedua adalah konsekuensi dari syahadat Muhammadur-Rasululloh karena ia menuntut wajibnya ta'at kepada Nabi, mengikuti tuntunannya dan meninggalkan bid'ah (ibadah atau cara beribadah yang tidak pernah dituntunkan Nabi saw.).

Allah swt. berfirman:

فَمَنْ كَانَ يَرْجُوْا لِقَاۤءَ رَبِّهٖ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَالِحًا وَّلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهٖٓ اَحَدًا

"Barang siapa yang mengharap perjumpaan dengan Tuhannya maka hendaknya ia mengerjakan amal shalih dan janganlah ia mempersekutukan seorang pun (terhadap Allah swt.) dalam beribadah kepada Tuhannya." (QS: Al-Kahfi 110).

Kalimat "..maka hendaknya ia mengerjakan amal shalih.." merupakan manifestasi syarat kedua, yaitu sesuai tuntunan Nabi saw., karena amal shalih itu adalah amal yang pasti telah dituntunkan Nabi saw. Sedangkan "..dan janganlah ia mempersekutukan seorang pun (terhadap Allah) dalam beribadah kepada Tuhannya." merupakan manifestasi syarat pertama, yaitu keharusan ikhlas.

Kedua syarat ini (yakni ikhlas dan sesuai tuntunan Nabi saw.) merupakan keharusan yang mutlak. Jadi kurang tepat ketika seseorang beribadah dengan tidak mengikuti tuntunan Nabi saw., kemudian dia berkata untuk membenarkan ibadahnya: "yang penting kan niatnya.." atau "yang penting kan ikhlas..".

Niat ikhlas tidak bisa mengubah cara beribadah yang salah menjadi benar. Rasulullah saw. bersabda:

مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ

“Barangsiapa melakukan suatu amalan yang bukan berasal dari kami, maka amalan tersebut tertolak” (HR. Muslim)

Dua syarat ini haruslah dipahami dan berusaha terus untuk dikaji secara mendalam dan dipraktekkan. Oleh karena itu, langkah awal seorang muslim agar tujuan hidupnya tercapai adalah belajar dulu bagaimana cara beribadah yang benar dan dapat diterima. Tidak mungkin seorang yang tidak pernah mengaji, tidak pernah belajar agama, akan bisa benar ibadahnya (yang notabene merupakan tujuan hidup kita).

Maka marilah kita hidupkan semangat mencari ilmu agama agar kemudian ibadah kita benar dan dapat diterima oleh Allah swt., sehingga hidup kita benar-benar bermakna dan tujuan hidup kita tercapai. Marilah kita gemarkan membaca Al-Qur'an dan pelajari isinya, juga kita baca hadits-hadits dengan memahami maknanya, agar tiada menyesal ketika ajal tetiba menjelang.


* disarikan dari Kitab Tauhid, Asy-Syaikh Dr. Shaleh Al Fauzan.


That's the article Untuk Apa Hidup Kita?

That's it for the article Untuk Apa Hidup Kita? this time, hopefully can be useful for all of you. okay, see you in another article post.

You are now reading the article Untuk Apa Hidup Kita? with link address https://doaislamupdate.blogspot.com/2022/07/untuk-apa-hidup-kita.html
Comment Policy: Please write your comments that match the topic of this page post. Comments containing links will not be displayed until they are approved.
Open Comments
Close Comment