Skip to main content

Tarian Si Pincang dan Teologi Minjung

Tarian Si Pincang dan Teologi Minjung - Hi friends, I hope you are all in good healthDOA ISLAM, In the article you are reading this time with the title Tarian Si Pincang dan Teologi Minjung, We have prepared this article well for you to read and take information in it. hopefully the contents of the post Artikel Sains, what we write you can understand. ok, happy reading.

Title : Tarian Si Pincang dan Teologi Minjung
link : Tarian Si Pincang dan Teologi Minjung

read also


Tarian Si Pincang dan Teologi Minjung

Hyun Younghak



Teologi Minjung
Silverius K. Johanes



Salah  seorang teolog Korea yang telah menyumbang penelitian asli dan mendalam bagi 'rancang bangun' teologi Minjung, Hyun dikenal secara luas karena karyanya mengenai bentuk-bentuk tarian rakyat dan tarian bertopeng di Korea.

Di dalam semua ini dan di dalam hidup penuh penderitaan dan kemelaratan darinya tarian-tarian itu muncul, dia telah menemukan sumber-sumber yang kaya bagi makna pribadi sendiri, bagi harapan dan perikemanusiaan yang adalah sumber bagi setiap teologi Minjung atau teologi rakyat. Hyun, Profesor Agama dan Budaya pada Ewha University, Seoul, pernah memberi kuliah pada Union Theological Seminary, New York (1982), mengenai "Minjung, Hamba yang menderita dan Harapan", "Teologi dengan peluh, Air mata, dan Tawaria" dan "Teologi sebagai Penjualan Desas-Desus". 

Makalah ini telah dipresentasikan pada Lokakarya di Tao Fong Shan, tanggal 24 Oktober - 15 November 1984.

Para pengemis dianggap remeh, dicemooh dan diperlakukan sebagai beban bagi masyarakat atau yang memusingkan kepala.
Pengemis cacat bahkan lebih buruk nasibnya. 
Mereka dianggap sebagai "terkutuk" atau ditakdir untuk menjadi sedemikian cacat. "Budaya mereka tidak pernah diterima sebagai suatu budaya, tetapi dipakai sebagai salah satu dari sekian banyak "rekreasi" murahan bagi kaum empunya.

Saya masih ingat, ketika saya masih kanak-kanak, saya melihat pengemis pincang hampir setiap hari. Mereka berjalan keliling sambil meminta-minta, mengetuk pintu-pintu rumah tetanggaku.

Mereka menyanyi dan bahkan menari sambil minta makanan. Adalah kesenangan bagiku untuk membawa makanan sisa dan memasukkannya ke dalam kaleng bekas yang disorong oleh pengemis, sebagainya sudah diisi dengan pelbagai macam sisa makanan.

Saya merasa diri dermawan, berbuat sesuatu yang baik bagi kaum yang malang. Namun setiap kali saya melihat mereka di jalan, saya bersama teman-temanku, suka mengikuti mereka, menyaksikan nyanyian dan tarian mereka lucu, mengganggu mereka dan bahkan mengibuli mereka.

Menyenangkan sekali. Ketika saya beranjak dewasa, saya juga senang menonton teman-teman berbakat yang bisa meniru tarian dan nyanyian dari para pengemis pincang.

***
Kekuatan dan keindahan dalam perikemanusiaan dari orang yang tertindas seperti ini memungkinkan mereka untuk "mencipta dari kehampaan" kegembiraan hidup apabila setiap jenis kegembiraan lain telah direnggut dari mereka. Iman dari perikemanusiaan mereka akan Tuhan Semesta Alam, Realitas Tertinggi, membuat hal itu mungkin.

Karena merekalah yang mempunyai iman badaniah akan cinta dan keadilan dari Tuhan Semesta Alam. Itulah suatu kegembiraan yang tidak sama seperti yang diperoleh orang biasa dari kenikmatan, rekreasi, pesta atau pertemuan dengan kawan. Itu sejenis kegembiraan yang berasal dari iman seperti diungkapkan sang Pemazmur  (Mzm 22) yang tidak mengeluhkan kesengsaraannya sebelum ia sanggup mensyukuri Tuhan.

Keluhannya bukan berasal dari rasa hidup tak berarti, rasa bersalah atau takut akan kematian atau dari suatu kemelut "rohani", tetapi berasal dari derita dan "han" yang tertimbun dalam tubuhnya. 

Itulah suatu kegembiraan yang tercipta dari kegelapan terdalam dari derita badaniah, dari "neraka". Itulah suatu kegembiraan hidup dari perikemanusiaan yang dihadiahkan oleh Allah.

Gembira merupakan suatu tantangan bagi mereka yang "sehat" yang telah kehilangan kemampuan semacam ini karena keasyikan mereka dengan kesenangan dan keberhasilan duniawi.

Tarian si pincang, para pengemis pincang bukan merupakan semcam usaha menghancurkan diri atau menangisi diri seperti dianggap orang sehat.

Dalam tarian itu mereka memastikan kemanusiaan mereka dan dengan demikian tariannya merupakan suatu tantangan kritis bagi orang "normal". 

Referensi:
Kirchberger, SVD, dkk. 1997. Mengendus Jejak Allah. Seri Verbum. Nusa Indah. Ende


That's the article Tarian Si Pincang dan Teologi Minjung

That's it for the article Tarian Si Pincang dan Teologi Minjung this time, hopefully can be useful for all of you. okay, see you in another article post.

You are now reading the article Tarian Si Pincang dan Teologi Minjung with link address https://doaislamupdate.blogspot.com/2022/01/tarian-si-pincang-dan-teologi-minjung.html
Comment Policy: Please write your comments that match the topic of this page post. Comments containing links will not be displayed until they are approved.
Open Comments
Close Comment