Skip to main content

Api Tauhid; Mengeja Sejarah, Menggelorakan Ghirah

Api Tauhid; Mengeja Sejarah, Menggelorakan Ghirah - Hi friends, I hope you are all in good healthDOA ISLAM, In the article you are reading this time with the title Api Tauhid; Mengeja Sejarah, Menggelorakan Ghirah , We have prepared this article well for you to read and take information in it. hopefully the contents of the post Artikel Buku, Artikel Nasihat, what we write you can understand. ok, happy reading.

Title : Api Tauhid; Mengeja Sejarah, Menggelorakan Ghirah
link : Api Tauhid; Mengeja Sejarah, Menggelorakan Ghirah

read also


Api Tauhid; Mengeja Sejarah, Menggelorakan Ghirah

 
Jangan sekali-kali melupakan sejarah, demikian pesan sang Bapak Proklamator pada pidato terakhirnya di Hari Ulang Tahun Republik Indonesia tahun 1966. Pesan yang singkat, tapi melekat, mengakar kuat. Sejarah adalah penggalan kehidupan, yang meski telah terlewati, tapi tak bisa kita abaikan. Selalu ada pesan yang bisa kita kaji, selalu ada pembelajaran yang menjadi nasihat kehidupan.

Berbeda dengan beberapa novel sebelumnya yang mengangkat tema Cinta, Habiburrahman El Shirazy atau yang sering disapa kang Abik memberikan sentuhan sejarah pada novel API TAUHID. Tak ada sedikitpun kesan tekstual atau menjemukan, walau roman sejarah hampir selalu muncul disetiap bagian. Kisah heroik perjuangan Badiuzzaman Said Nursi dalam mengkritisi pemerintahan Turki Ustmani yang kian menjauh dari Al-Quran menjadi latar cerita keshalihan cinta sang tokoh utama, Fahmi.

Cerita bermula dari kabar mengejutkan yang diterima Fahmi, pemuda asal Lumajang yang tengah menempuh pendidikan S2 di Universitas Islam Madinah. Kabar tersebut ia terima melalui layanan pesan singkat. Nuzula, istri yang baru empat bulan dinikahi, tiba-tiba meminta diceraikan tanpa menjelaskan alasan. Kabar ini dipertegas oleh Kyai Arselan yang meminta agar Fahmi memberikan talak kepada putrinya, Nuzula.

Dalam kegelisahan, Fahmi sepenuhnya bertawakal. Ia kemudian memutuskan beri’tikaf di masjid Nabawi, bertekad mengkhatamkan 40 kali hafalan Quran dalam 40 hari. Ternyata raga tak selalu sekuat asa, di hari kelimabelas Fahmi ambruk dan dilarikan ke rumah sakit dalam kondisi kritis. Setelah sembuh, Fahmi menerima ajakan Subki dan Hamza untuk rihlah bersama ke Turki.

Di Turki, mereka melakukan perjalanan menyusuri sejarah hidup ulama bernama Said Nursi. Said Nursi dapat dikatakan sebagai bukti keberkahan dari kedua orangtuanya, Nuriye dan Mirza yang selalu memperhatikan “halal” disetiap sendi kehidupan. Sejak masih belia, Mirza telah diajarkan untuk menjada diri dari barang yang haram. Bahkan lembu lembunya tidak ia izinkan makan rumput yang tidak jelas kehalalanya. Mirza juga menghiasi nafasnya dengan dzikir kepada Allah. Sedangkan Nuriye yang hafal Al-quran selalu menjaga dirinya dalam keadaan berwudhu. Saat mengandung anak-anaknya, termasuk mengandung Said, Nuriye tidak menginjakkan kakinya ke atas bumi dalam keadaan suci, dan tidak meninggalkan sholat malam, kecuali saat uzur. Nuriye tidak mengizinkan dirinya menyusui anak-anaknya terutama Said, dalam keadaan tidak suci. Maka wajarlah Allah Yang Maha Suci memberikan anugerah-Nya kepada suami istri sederhana ini. Anugerah paling tampak terasa ada pada anak mereka bernama Said. Said menjadi semacam "ayat" bahwa kesucian cinta karena Allah akan melahirkan keberkahan dan keajaiban yang tidak pernah di sangka sangka. Allah itu baik dan suci, dan Allah mencintai kebaikan dan kesucian." (halaman 148).

Badiuzzaman Said Nursi adalah ulama kenamaan asal Desa Nurs, sebuah desa di Propinsi Bitlis. Diusia lima belas tahun, Said Nursi sudah menunjukkan kecerdasan yang luar biasa dengan menghapal lebih dari 80 kitab karya ulama klasik. Tak hanya itu, Said Nursi mampu menghapal berbagai kitab hanya dengan sekali baca. Karena kemampuan tersebut, sang guru Muhammed Emin Efendi memberikan julukan Badiuzzaman atau Keajaiban Zaman.

Dalam perjuangannya, Badiuzzaman Said Nursi menghabiskan hampir separuh umurnya di penjara. Tak kurang dari 25 tahun lamanya Said Nursi pindah dari satu penjara ke penjara lain. Said Nursi tetap teguh dalam dakwah dengan mengatakan hal yang benar, walaupun bertentangan dengan rezim penguasa saat itu. Selama masa pengasingan tersebut, beliau justru mampu merampungkan tulisan yang kemudian dikenang abadi sepanjang peradaban umat Islam, yakni Risalah an-Nur.

Fahmi dan kawan-kawan memulai napak tilas kehidupan Said Nursi dari Istanbul, dilanjutkan ke Kayseri, Gaziantep, Sanliurfa, Konya, Isparta hingga Barla. Selama rihlah, selain Subki dan Hamza, ada dua akhwat lainnya yaitu Aysel dan Emel yang tergabung dalam rombongan tersebut. Cerita semakin menarik ketika secara terpisah Aysel dan Emel mengutarakan kesediaannya masing-masing untuk menjadi pendamping Fahmi.

Novel setebal 588 halaman yang diterbitkan Republika ini ditutup dengan keshalihan cinta sang tokoh utama. Niat suci Fahmi untuk menyempurnakan sepatuh dien-nya, bermuara pada taburan keberkahan dalam pernikahan.

"Siapa yang mengenal dan menaati Allah, maka ia akan bahagia walaupun ia berada di dalam penjara yang gelap gulita. Dan siapa yang lalai dan melupakan Allah ia akan sengsara walaupun ia berada di istana yang megah” (Badiuzzaman Said Nursi).


That's the article Api Tauhid; Mengeja Sejarah, Menggelorakan Ghirah

That's it for the article Api Tauhid; Mengeja Sejarah, Menggelorakan Ghirah this time, hopefully can be useful for all of you. okay, see you in another article post.

You are now reading the article Api Tauhid; Mengeja Sejarah, Menggelorakan Ghirah with link address https://doaislamupdate.blogspot.com/2016/08/api-tauhid-mengeja-sejarah.html
Comment Policy: Please write your comments that match the topic of this page post. Comments containing links will not be displayed until they are approved.
Open Comments
Close Comment